Minggu, 26 Februari 2017

MENTAWAI ISLAND #Part1-Kedatangan

Sudah pada tau apakah itu Mentawai?
Ayo dibuka lagi peta nya...
mari kita memebahas sedikit tentang Kepulauan Mentawai


Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Sumatera Barat, tentunya di negara tercinta yaitu Negara API Indonesia. Dibentuk berdasarkan UU RI No. 49 Tahun 1999 dan dinamai berdasarkan nama asli dari geografisnya. Kabupaten dengan terdiri dari 4 kelompok pulau utama yang berpenghuni, yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan yang dihuni oleh mayoritas masyarakat suku asli Mentawai. Selain keempat pulau besar tersebut, masih banyak lagi ceceran pulau disekeliling pulau besar tersebut yang kadang terdapat juga penghuninya, walaupun dapat dikatakan sedikit. Jika dilihat, pada pulau-pulau kecil tersebut lebih banyak pohon kelapa dibandingkan manusianya.
Mentawai merupakan Kepulauan yang terletak memanjang dibagian paling barat pulau Sumatera dan dikelilingi oleh Samudera Hindia, sekaligus merupakan bagian dari serangkaian pulau non-vulkanik dan gugus kepulauan itu merupakan puncak-puncak dari suatu punggung pegunungan bawah laut. (WOW)💀💀💀
Untuk kependudukannya, lebih banyak dihuni oleh suku asli Mentawai sendiri. Secara asal usul, tidak terlalu jelas sumber yang dapat dijadikan bukti latar belakang dari suku ini. Masyrakat setempat menyebut negeri mereka dengan sebutan Bumi Sikerei.

Gambar dari Kepulauan Mentawai (yang merah)

Gambar Kepulauan Mentawai dari atas (pakai Helikopter kayaknya)

Penduduk asli mentawai mungkin pada saat kita menapaki pelabuhannya, tidak akan nampak keaslian etnis dari penduduk asli. Dengan memakai kebudayaan barat yang telah berbaur di keseharian Indonesia, ternyata telah dipakai juga oleh penduduk sekitar pelabuhan Kepulauan Mentawai. Tapi jangan berserah diri dulu. Suku asli Mentawai masih bersemayam di pedalaman kepulauannya. Di setiap pulau besar, terdapat suku-suku asli yang masih mempertahankan kebudayaan dan adat istiadatnya, sehingga kita harus hati-hati dalam menghormati dan berinteraksi dengan masyarakat asli disana.

Gambar penduduk asli mentawai dari mbah gugle

Sekarang, pasti kalian bertanya-tanya, ada apakah gerangan dokter setengah ampul seperti saya membahas tentang kepulauan cantik mentawai ini?
Jawabannya adalah dikarenakan saya akan membagikan pengalaman saya di mentawai saat sedang survei perencanaan penelitian Forensik dan pelaksanaan penelitiannya.

#26-9-2016
Berangkat pukul 5 pagi dari kontrakan si Eja (nama disamarkan), bersama kedua teman kami, yaitu indra dan paujul (nama sudah tersamarkan) dari pelabuhan pantai Padang dengan memakai sebuah kapal cepat bernama "Mentawai Fast II" seharga 250 k satu seat, membuat hati berdebar-debar dipagi hari. Untuk si Eja, ini merupakan pengalaman kali keduanya untuk menginjakkan kaki ke mentawai, pengalaman pertamanya adalah ketika ia mengikuti bakti sosial bersama dengan UKM nya dan senior-senior di UKM nya tersebut. 
Takut telat, kami susah tidur. ahahahha....ya terlalu excited. Mungkin dia tidak, jadi cuma saya yang excited.
Masuk kedalam kapalnya, saya langsung berdecak kagum. Kapalnya bagus, bersih, harum dan tertata rapi, tidak sesuai dengan imajinasi saya.

Kapal Menawai Fast II bagian dalam

Selama 4 jam perjalanan, saya menahan mual dan pusing yang luar biasa. Saat itu ombak sedang dalam kondisi sedang, tidak terlalu besar tidak terlalu kecil, namun sangat bisa membuat perut terguncang-guncang sampai mau keluar dari tenggorokan. Tidak tahan duduk dikursi, akhirnya Eja mengajak saya untuk ke balkon atas, dimana terdapat tempat duduk terbuka yang dapat membuat kulit lengket akibat air laut yang menerpa kulit saat kapal menerjang ombak dengan kejantanannya.

Gambar dari balkon terbuka di atas kapal

Gambar penampakan (Eja)

Selama sisa perjalanan (sekitar 3 jam), kami berada di atas. Suasana yang sejuk, ditampar oleh ombak-ombak pemarah dan dikerimbat dengan angin kencang dari laut, membuat mata kami terjaga dengan keindahannya. Disuguhkan bermacam-macam pemandangan air laut serta biota didalamnya sangat terlalu disayangkan apabila tidak dinikmati secara maksimal.
Mual? tentu...masih mual, tapi mual tak berarti apa-apa lagi. Keanggunan laut mempesona kami berdua dan menelan perasaan mual kami dalam-dalam, dan terlupakan.

Sampai dipelabuhan, kami bertemu dengan seorang anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Mentawai yang ternyata juga menaiki kapal yang sama dengan kami. Beliau bernama dr.  Jimmy Ambarita, Sp. A. Beliau langsung memesankan ojek untuk kami dan menyuruh kami untuk ke Dinas Kesehatan Mentawai untuk bertemu Kepala Dinas Kesehatan disana. Singkat cerita kami berunding dengan kepala dinas dan dr. Jimmy untuk perizinan penelitian serta bakti sosial IDI cabang Sumatera Barat. Seusai mufakat, kami mendapatkan sebuah motor dinas dan bergegas untuk mencari penginapan disini. Akhirnya, pilihan kami jatuh pada "Bundo Guest House". Penginapan yang tdak tergolong menengah ke atas, tapi pelayanan yang hangat seperti keluarga dan bundo yang sangat baik hati membuat kami betah disana.

Gambar tampak depan Dinas Kesehatan Mentawai

Setelah beristirahat sejenak, kami pun memulai petualangan kami di Mentawai dengan destinasi pertama kami adalah pantai yang terletak didekat pelabuhan. Nama pantainya adalah Pantai Jati, sangat rekomended untuk disinggahi. Angin kencang yang menerpa dan matahari yang sayup-sayup ingin beristirahat terlihat digaris pantai ini. Indah..sangat indah...

Pantai Jati (view 1)

Pantai Jati (View 2)

Pantai Jati (View 3)

Selesai dari sana, kami berdua menyusuri pantai dan bukit, sembari kembali ke penginapan. Mampir di tempat pengisian bahan bakar hidup (makan malam), kami berdua makan dengan lahap. Sampai dipenginapan, kami pun membersihkan diri secara bergantian (diperjelas biar ga salah paham). Berbincang-bincang sebentar dan akhirnya terlelap, dengan demikian menutup cerita hari ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar