Sabtu, 18 Februari 2017

DOCTOR'S BALLAD

Halo semuanya...
sudah lama sekali kita tidak bercerita disini
mungkin sudah lebih dari 2 tahun saya terakhir kali bercerita, bukan karena sombong...cuma karena banyaknya kerjaan melimpah ruah, membahana dan merajalela, sehingga blog pun tak sempat dibuat.
Maafkan semuanya..maafkan, walaupun saya tahu tidak ada yang membaca blog ini. (menitihkan air mata)

Untuk informasi saja nih, saya telah menyelesaikan yang namanya pendidikan kedokteran dan sah disumpah sebagai dokter, namun belum sah seratus persen menjadi dokter.
Mengapa hal demikian terjadi? apakah terdapat konstipasi konspirasi didalam ini semua?
mari kita tanya Galileo...(mau tau jawabannya??)

Saya belum dapat berpraktek sebagai dokter umum dikarenakan belum mengikuti yang namanya Internsip atau disingkat isip, yang dilakukan selama satu tahun ditempat yang kita inginkan ataupun yang tidak diinginkan dan bahkan ditempat yang tak terfikirkan. Di internsip kita akan menjadi dokter lini pertama dari Rumah Sakit ataupun Puskesmas, yang akan membantu dalam pelaksanaan kesehatan perorangan ataupun masyarakat.

Kalau difikir-fikir cukup tidak adil bukan?? Bayangkan saja jika kalian kuliah selama 7 tahun, lulus ujian kompetensi, namun belum dapat menghasilkan uang dari kelulusan tersebut. Brutal sekali hidup ini bukan kawan?
Ya begitulah nasib anak-anak kedokteran saat ini, memang lulusnya dipercepat tapi mendapatkan pekerjaan diperlambat, alhasil malah sama atau bahkan lebih lama jika dibandingkan dengan metode konvensional.
Namun, yasudah...daripada difikirkan juga tidak ada yang berubah, lebih baik jalankan saja.

Nah, ada yang ingin saya ceritakan disini. Diblog tercinta dan tersepi ini, kisah perjuangan saya untuk menjadi seorang dokter forensik dan dokter isip.

Setelah usai menyelesaikan ujian UKMPPD atau orang suka menyebutnya UKDI, yang merupakan ujian terakhir dan penentu dari seorang dokter muda menuju pintu gelar dokter, saya yang sudah berniat untuk mengabdikan hidup di jalan Kedokteran Forensik akan mencoba magang di Departemen Kedokteran Forensik dan Medikolegal Universitas Andalas.

Saat saya skripsi, saya pernah mendapatkan tawaran dari seorang dokter spesialis Forensik di UNAND untuk menjadi staf disana setelah saya lulus menjadi dokter. Sampai saat ini, hal itu adalah satu-satunya pegangan saya untuk menempuh jalan tersulit dan keluar jalur dari teman-teman sejawat lainnya. Saya memberanikan diri untuk menghubungi dokter tersebut dan mendapatkan persetujuan untuk bertemu di tempat beliau untuk membicarakan perihal permintaan saya.

Singkat cerita, saya akhirnya diterima magang disana, namun dengan sistem magang dan ketentuan magang yang harus saya buat sendiri, karena sebelumnya belum pernah sekali pun ada yang mau magang di bagian yang terkenal dengan Bedah mayatnya.

Bak seorang yang kehilangan induk, saya mencari tahu (dan tempe) hal-hal yang harus dilakukan dalam magang seorang dokter, ilmu Forensik dan softskill yang harus saya punya untuk menjadi seorang spesialis Forensik.
Perlahan namun tidak pasti, saya coba untuk terus magang disana...dari yang hanya duduk dan mendengarkan ilmiah dokter muda hingga saya mempunyai keinginan untuk mengajarkan beberapa ilmu ilmu dasar forensik kepada dokter muda agar mereka tidak kebingungan seperti saya saat masih menjadi dokter muda di bagian ini.
Walaupun malu bercampur takut, saya coba pelajari kembali satu persatu ilmu forensik klinik dan mencoba memberikan sedikit bimbingan serta diskusi kepada dokter muda. Dari sana saya merasa lebih cocok menjadi seorang dosen yang membagikan ilmunya kepada anak murid, namun saya tetap ingin melakukan pelayanan forensik semaksimal mungkin, jadi mungkin saya akan mengabdikan kehidupan saya selanjutnya menjadi staff di Universitas yang menumbuhkan banyak dokter hebat dan mengembangkan saya menjadi dokter yang seperti sekarang ini. Yaaa...lihat saja nanti, apakah bisa atau tidak, takdir yang akan mengatakan ditelinga.

Enam bulan sudah saya lakukan magang di Bagian Forensik dengan sebaik mungkin, dan Alhamdulillah, saya bisa menjadi salah satu personil dari Bagian ini, walaupun belum secara resmi. Semoga setelah berakhirnya internsip ini, akan menjadi tanda mulainya saya di Dunia Staff. Amin.



Lanjut dengan hal lainnya, saya memulai internsip di Jawa Timur, tepatnya di Banyuwangi, sekitar enam sentimeter dari Bali (ya, agak berlebihan).
Dengan pembekalan 3 hari 2 malam di salah satu hotel berbintang di Surabaya, yang menurut saya untuk pelayanannya sudah baik, namun ya masih banyak kekurangan yang dirasakan, tapi not bad lah.
Selama 3 hari kami dibekalkan banyak hal berkaitan dengan perihal internsip, kebijakan pemerintah Jawa Timur, dan sampai kepada BPJS ketenagakerjaan. Kenapa kami masuk kedalam ketenagakerjaan? karena kami adalah dokter yang akan bertugas ke daerah antah berantah yang mayoritas bukan daerah asalnya dan berkesempatan besar untuk menemui marabahaya medis ataupun nonmedis di luar sana.

Banyuwangi
yap, kota yang bersih dan ramai, dengan tatanan kota yang menarik. Disini telah dianugerahkan sebuah penghargaan sebagai kota terbersih dengan disematkannya piala adipura. Banggalah kalian wahai masyarakat Banyuwangi.
Untuk ketertiban jalanan sangat jauh dibandingkan di Jakarta ataupun Padang. Disini lebih rapi dengan jalan beraspal dan garis penanda jalan yang masih terlihat pada malam hari. Untuk keamanan, saya belum dapat berbicara banyak, ya karena baru sehari saya disini. Semoga memang benar apa kata teman-teman saya yang asli sini, bahwa disini aman dan tentram.

Untuk satu tahun kedepan, saya mungkin akan banyak membahas tentang Banyuwangi ataupun ingatan masa-masa kelam saya saat masih koas, magang ataupun masa indah dalam berpacaran. hehhehe


Simak cerita-cerita lainnya yaaa....
Dadaaaah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar